Sebenarnya kita tahu kalau roda
kehidupan memang berputar. Kadang di atas dan kadang di bawah. Kita memang
tahu, hanya sekadar tahu. Tapi kita tak tahu apa rasanya berada di bawah jika
tidak mengalaminya sendiri.
Pernahkah
kita bertanya dalam hati : Mengapa Allah
memberi cobaan seberat ini padaku? Mengapa aku begini? Mengapa?
Sebuah kata ‘mengapa’ itu terus kita
ucap ketika masalah tengah melanda. Bahkan kita sampai menyalahkan Tuhan ketika
kita tak kunjung mendapat jawaban dari mengapa-mengapa
itu.
Aku juga tak
mengerti. Masalah datang silih berganti. Taka da yang memihak padaku walau
hanya untuk memunculkan secercah senyum itu. Seakan satu masalah belum selesai,
masalah yang lain keburu datang. Menggempur benteng pertahananku. Pernah
mendengar sudah jatuh, tertimpa tangga
pula ? Ya mungkin seperti itulah perumpamaanya.
Aku lelah.
Aku bisa saja
bilang begitu. Namun, semuanya akan sama saja. Aku lelah ataupun tidak masalah itu
tetap ada. Aku menyalahkan Tuhan pun masalah itu tetap ada. Masalah itu akan
terus ada sebelum kita sendiri yang mencoba untuk menyelesaikannya. Aku bisa
saja menangis semalaman, meringkuk di kasur seharian, bahkan berniat untuk
bolos sekolah. Tapi rasanya sakit. Karena nangis mataku bengkak dan rasanya
perih. Karena meringkuk di kasur seharian tulang punggungku pegal-pegal. Dan
bahkan ketika aku berniat untuk bolos pun ada sekelebat bayangan tugas-tugas
sekolah mengerikan yang lewat di otakku.
Ya, semua sama
saja.
Ketika kita tak
mencoba untuk menyelesaikannya, masalah nggak akan pernah selesai. Sering kita stuck di satu masalah tanpa melihat
keluar, kepada hal-hal yang lebih penting. Ibarat pada mantan, kita nggak boleh
stuck di cinta yang telah usang itu
kan? Kita juga nggak perlu bertanya ‘mengapa’ pada Allah. Karena harusnya kita
bertanya ‘mengapa’ itu pada diri sendiri. Mengapa tak kita coba berubah?
Look forward, moving forward.
0 komentar:
Posting Komentar