“Mertho tuuuras… Merthi toilet estu rakyat bagas waras. Mertho tuuuras… Merthi toilet estu rakyat bagas waras.” Begitulah ‘tembang’ yang terdengar di sepanjang Jl. Slamet Riyadi dari seorang seniman Solo, Pak Jantid.
***
Namanya
WTS. Singkatan dari World Toilet SummitWTS merupakan acara tahunan yang
membahas kebersihan, kesehatan, sanitasi dan pentingnya toilet secara global.
Program yang akan memasuki tahun ke-13 penyelenggaranya ini akan diisi berbagai
acara diantaranya Summit Session, Training On Trainers, Pameran, Program
Sosial, serta World Toilet Carnival. Dengan mengangkat tema “Rural Meets Urban Sanitation”,
kegiatan ini bertujuan membahas seputar perencanaan dan pengadaan sistem
sanitasi sehat yang lebih baik dan layak. Kedengarannya sih aneh, ya. Tapi
memang begitu kenyataannya mengingat masalah sanitasi sangat buruk di
Indonesia.
Kebetulan di
tahun 2013 ini, WTS diadakan di Indonesia setelah sebelumnya pernah diadakan di
sepuluh negara yaitu Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Cina, Irlandia, Rusia,
Thailand, India, Amerika Serikat dan Afrika Selatan. Dan dipilihlah Solo
sebagai tuan rumahnya. Ada beberapa alasan sih mengapa dipilih kota Solo
diantara ratusan kota di Indonesia. Selain karena prestasi yang dimiliki Solo,
kemampuan kota Solo untuk mengadakan pawai atau kirab lah yang membawa kota
tersebut menjadi tuan rumah WTS tahun ini.
Aku
bukan delegasi dari Negara-negara lain. Aku bukan anak walikota Solo. Aku juga
bukan pihak kolega panitia. Tapi aku mendapat kesempatan yang begitu berharga
dapat mengikuti WTS karena predikatku sebagai DUTA SANITASI JAWA TENGAH 2013.
Pihak kementrian Pekerjaan Umum yang merupakan pihak penyelenggara WTS
mengundangku untuk ikut berpartisipasi dalam WTS. Bukan hanya aku, tapi ada 9
teman sesama duta sanitasi Jawa Tengah dan 3 teman duta sanitasi Nasional yang
diundang.
World
Toilet Summit 2013 diadakan tanggal 2-4 Oktober 2013 di Hotel Sunan, Solo. Aku
berangkat dari Semarang bersama pihak kementrian Pekerjaan Umum Jawa Tengah
pada tanggal 1 Oktober. Kami tidak menginap di Hotel Sunan melainkan di Hotel
Agas. Sesampainya di Hotel Agas sekitar pukul 3 sore kami langsung mulai
latihan. Sebagai duta sanitasi, kami memang diminta untuk menampilkan tarian
daerah dan menyampaikan pidato tentang sanitasi yang disampaikan oleh temanku,
Bella puspita sebagai duta sanitasi nasional 2013. Aku mendapat tugas mulia menarikan
tarian Makassar.
***
Esoknya,
aku dan teman-teman masih sibuk latihan menari. Kami harus tampil maksimal.
Karena kami akan tampil di depan 20 delegasi Negara di dunia. Aku tak mungkin
tega mengecewakan negeriku tercinta, Indonesia. Sementara kami latihan,
konferensi sudah berlangsung. Namun pembukaannya baru esok hari. Di saat kami
dengan lemah gemulai akan menari.
latihan kirab di Taman Sriwedari |
Dari
pagi sampai sore kami berlatih tentu ada rasa lelah. Malamnya, kami mencoba
mencari hiburan dengan menonton bioskop di Solo Grand Mall. Dari Hotel Agas,
kami ber-12 jalan kaki sampai Solo Grand Mall. Suasana kota Solo malam itu
begitu menyenangkan. Diiringi senandung riang kami yang tak sabar sampai di
bioskop untuk menonton film Insidious 2 bersama.
Tepat
pukul 10 malam kami baru keluar dari Mall. Kami dijemput mobil milik kementrian
PU. Dalam perjalanan pulang, kami bersenda gurau tentang seorang teman kami
yang berteriak-teriak sepanjang film diputar.
***
Tanggal
3 Oktober. Inilah hari yang ditunggu-tunggu. Di depan pintu besar aula hotel
Sunan itu, kami berdiri. Menunggu giliran untuk tampil. Dan tiba saatnya kami
harus melangkahkan kaki menuju panggung di hadapan para delegasi Negara lain
dan pihak kementrian Pekerjaan Umum. Kami tak memikirkan apa-apa lagi selain
pikiran harus menampilkan yang terbaik. Dan kami pun menari. Di tengah tarian,
Bella berpidato. Suaranya lantang. Dia menyelipkan lagu Bengawan Solo yang syahdu di tengah pidatonya. Para peserta
konferensi tampak terkesima. Dan di akhir penampilan, kami mempersembahkan lagu
PEDULI SANITASI yang dinyayikan oleh Nuggie. Sontak, hadirin ikut berdendang.
Tak disangka, etika kami telah selesai dan berjalan menuju pintu keluar,
hadirin meminta kami masuk kembali. Mereka ingin kami menyanyikan lagi lagu
tersebut. Kami kaget, tak percaya mendapat respon seperti itu. Lalu kami mulai
menyanyi lagi, dengan kebanggan yang membuncah di hati.
Yang bawah foto sama Pak Djoko Kirmanto, menteri PU lho!;D |
Di depan para peserta WTS |
Setelah
lagu selesai dinyanyikan, kami berfoto dengan pihak kementrian PU dan para
peserta konferensi. Blitz kamera pun bertebaran. Kami sukses membuat hadirin
terpukau. Dan berita kami pun masuk dalam Koran lokal solo, Solopos. Beritanya bisa dilihat di sini
Malamnya, kami mendapat kesempatan berharga untuk gala dinner bersama para peserta WTS di keraton Mangkunegaran. Amazing banget bisa makan semeja sama orang India, hihihi.
Keraton Mangkunegaran, Solo |
Sama penari keraton nih! |
***
Acara
WTS tidak hanya berkutat di Hotel Sunan. Pada tanggal 4 Oktober, diadakan kirab
WTS. Kirab WTS juga mengandung unsur budaya sebagaimana yang diunggulkan kota
Solo. Kirab ini diadakan di sepanjang Jl. Slamet Riyadi. Kami sebagai duta
sanitasi berada di belakang rombongan Reog Ponorogo mensosialisasikan tentang
pemilahan sampah pada masyarakat yang berjejer menonton kirab. Kami juga
membagikan pin tentang pemilahan sampah pada masyarakat Solo. Dan ini pengalaman pertama kalinya aku
mengikuti kirab, apalagi di kota sarat budaya ini.
Sepanjang
kirab terdengar ‘tembang’ mertho turas. Merthi toilet rakyat estu bagas waras.
Ya, dengan mengerti tentang kebersihan toilet dan tentang sanitasi, masyarakat
diharapkan dapat menjadi sehat. Kirab dimulai pukul 3 dan berakhir pukul 5
sore. Berakhir pula rajutan memoriku di Kota Solo.
Kami
pulang malam itu juga. Meninggalkan separuh hati kami yang sebnarnya masih
ingin di Solo. Kota yang begitu ramah, hangat, dan meninggalkan sejuta kenangan
yang tak terlupakan. Dan sebuah pengertian ‘mertho turas’ itu kubawa pulang.
Sebagai oleh-oleh dari Solo untuk masyarakat Semarang. Agar aku sebagai duta
sanitasi bisa melaksanakan tugasku untuk membuat masyarakat semarang juga ‘mertho
turas’. Merthi Toilet estu rakyat bagas waras.
***
Aku teringat sebuah lagu lampau milik kahitna. Judulnya mantan
terindah. Kali ini aku menggantinya dengan kota terindah. Kota Solo. Di lirik
terakhirnya, aku melagu. “Yang tlah kau buat sungguhlah indah, membuat diriku
susah lupa…”
0 komentar:
Posting Komentar