Saat aku menulis ini, langit tengah menitikkan air mata.
Aku yang (masih) mengenakan seragam pramuka duduk di dekat jendela. Tak ada secangkir teh manis ataupun cappucino yang bersanding di sebelahku. Namun sudah cukup bagiku memandang hujan bersama rintik yang membawaku menikmati saat-saat beberapa jam yang lalu. Aku masih bisa merasakan kebahagiaan seperti dulu. Tak ada yang berubah. Semua masih sama seperti dulu. Masih sama.
Di luar langit menitikkan air matanya
Rumput-rumput basah yang jadi saksinya
Dalam bingkai jendela aku membisu
Menatap setiap rintik yang jatuh ke tanah
Terkadang aku ingin menangis di bawah hujan
Agar tak seorangpun tau aku tengah menangis
Ya Rabb...
Jika aku sembunyikan tangis di sela-sela rumput basah itu apakah Engkau akan melihatnya?
Jika aku hembuskan napasku pada angin dingin itu, apakah Engkau mengerti bahwa napas ini begitu tersengal?
Jika aku bisikkan doaku pada rintik hujan, sampaikah pada-Mu?
Di setiap doa yang kulantunkan dalam sujud panjangku, aku selipkan tumpuan harapan. Sebuah keinginan keluarga kami untuk bahagia. Dan titian harapan yang tak akan membiarkan semuanya berubah... terlalu cepat.
Ini bukan sebuah keluhan. Ini hanyalah harapan dalam naungan hujan.
Kurasa aku harus menyudahi tulisan ini. Dingin...
Dan hujan masih di sini. Menemani Jumat yang sepi.
Jumat, 13 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar